Setelah sedikit lega menangis, aku
melepaskan diri dari Candra dan Candra mengusap air mataku yang mulai mengering
dengan sangat lembut. Aku memejamkan mataku, merasakan sensasi hangat yang
menjalar dari telapak tangannya yang hangat di pipiku. Aku pun memegang
tangannya yang berada di pipiku dan menahannya supaya tak cepat melepaskannya
dari pipku.
“Rafika” panggilnya dengan sangat lembut.
Aku pun berusaha menatap matanya yang
memancarkan kesedihan yang teramat sangat. Namun ada pancaran kasih sayang yang
amat dalam di matanya yang berwarna biru kehitaman itu. Aku tak tahan
melihatnya.
“aku sayang dan cinta kamu Raf” bisiknya di
telingaku.
Aku hanya bisa menahan tangisku sambil
membalas pelukannya
“cepat masuk, kamu pasti sudah ditunggu
orang tuamu. Aku bisa dimarahin sama orangtuamu tau kamu aku pulangin jam
segini” kata Candra sambil membelai kepalaku pelan.
“Makasih untuk hari ini, aku sayang kamu”
kataku sambil membuka pintu dan berjalan keluar mobilnya.
Aku melambaikan tanganku lalu mobilnya
hilang ditelan kegelapan malam. Aku buru-buru masuk ke rumah supaya orangtuaku
tak begitu khawatir. Setelah mengucapkan salam, aku buru-buru ke kamar dan
mengunci pintu kamarku. Aku langsung menghambur ke kasur sambil menumpahkan
semua air mataku yang tadinya aku tahan supaya tidak keluar ketika bersama
Candra. Betapa perih rasanya hati ini. Lagi-lagi aku patah hati. Sejenak, aku
menyalahkan Candra yang tak mengerti bagaimana perasaanku. Tapi setelah difikir-fikir,
ini sebenarnya adalah salahku. Candra adalah pacarku, tapi ketika aku berada
dekat dengan Danny, seolah-olah aku lupa akan hal itu dan melupakan keberadaan
Candra. Pantas Candra meminta untuk mengakhiiri hubungan denganku karna dia
merasa aku sudah tak mencintainya lagi dan masih mencintai Danny. Aku sendiri
bingung dengan perasaanku. Rasanya tak tega meninggalkan Danny yang sedang
terbaring lemah sendirian disana. Aku ingin selalu berada di sampingnya,
menemaninya. Tapi, ketika berada di dekat Candra, aku seolah-olah tak mau dia
jauh dariku, aku takut kehilangannya. Ya Allah, betapa rakusnya aku, ternyata
aku menginginkan keduanya. Tak bisakah aku memiliki keduanya? Haruskah aku
memilih salah satu diantara mereka?
©©©©©©©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar