Setelah dipaksa
oleh Danny akhirnya Rafika pun mau diajak untuk pulang. Itu juga karena orang
tuanya menelfon hp.ku dan menyuruhku untuk membawa Rafika pulang.
Di sepanjang
perjalanan, Candra tak mengucapkan sepatah katapun padaku. Suasana di dalam
mobilnya benar-benar hening. hanya suara hujan yang terdengar. Entah sejak
kapan hujan turun. Aku benar-benar tak menyadarinya. Semenjak bertemu dengan
Danny dan melihat kondisinya, aku jadi bingung dengan perasaanku yang
sebenarnya. Padahal aku sudah punya Candra, tapi bayang-bayang tentang Danny
dan kenangan-kenangan ketika bersamanya dahulu selalu mengusikku. Aku cinta
dengan Candra, namun akupun tak bisa menghapus nama Danny di dalam hatiku. Aku
jadi merasa bersalah sama Candra.
Tak terasa mobil
Candra telah berhenti di depan rumahku. Namun, kakiku enggan untuk melangkah
keluar. Aku nyaman berada di dalam mobil, hanya berdua dengannya. Seakan-akan
ini adalah hari terakhirku bisa berduaan dengannya.
“Candra”
“Fika”
Panggilku dan panggilnya
secara bersamaan. Aku langsung memalingkan wajahku yang mulai memerah. Candra
tiba-tiba memegang kedua tanganku dan akupun mengubah posisi dudukku menghadap
dia.
“Fik, ada yang
ingin aku bicarakan padamu” katanya pelan dan berhati-hati. Raut wajahnya
terlihat memendam rasa pedih yang amat dalam.
“Ada apa? Kenapa
kau menatapku dengan tatapan seperti itu sayang?” tanyaku sedih. Candra
memalingkan wajahnya sebentar, lalu menatapku kembali. Dia menarik nafas yang
panjang dan menghembuskannya secara perlahan-lahan.
“maafkan aku
Fik. Kelihatannya hubungan kita harus berakhir sampai disini. Aku tau kamu
masih mempunyai rasa sama Danny dan aku seharusnya tak berhak mengambilmu dari
Danny. Aku tau kalian masih sama-sama saling mencintai. Danny menyuruhku untuk
menjagamu, tapi aku malah jadi benar-benar cinta sama kamu dan merebutmu dari
dia. Aku tak berhak atas kamu walaupun aku begitu cinta ke kamu. Kembalilah ke
Danny. Dia lebih membutuhkan kehadiranmu” kata Candra dengan suara yang
bergetar.
Benar-benar menyakitkan mendengarnya. Aku
menangis dalam diam, dan Candra menyadarinya. Dia langsung memelukku erat dan
aku merasakan ada yang menetes membasahi rambutku. Candra ternyata juga
menangis. Dia mencium keningku dengan bibir yang basah dan bergetar. Akupun
membalas pelukan Candra dengan sangat erat. Aku menangis sejadi-jadinya di
dadanya yang bidang. Candra mengelus punggungku dengan sangat halus seperti
berusaha menenangkanku. Aku senang sekali jika Candra memperlakukanku dengan
sangat halus seperti ini. Aku benar-benar merasa nyaman berada di dekatnya,
dalam pelukannya. Namun ini yang terakhir kalinya aku merasakannya. Haruskah
hubungan kita berakhir jika kita masih saling mencintai?haruskah hubungan kita
berakhir jika kita sama-sama merasakan luka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar