Minggu ini aku
berniat jalan-jalan dengan Candra. Wajahnya tak secerah biasanya. Dia terlihat
lebih murung dan tak banyak bicara. Candra mengajakku ke sebuah taman yang
indah banget menurutku. Kita berdua duduk di salah satu bangku kayu di bawah
pohon. Aku senang sekali, namun lain halnya dengan Candra.
“sayang, kamu
sakit?” tanyaku
“nggak yank, aku
baik-baik aja kok. Kamu suka tempatnya?” katanya sambil berusaha tersenyum
kearahku.
“ya,boleh aku
tanya sesuatu ke kamu?” tanyaku secara tiba-tiba.
“silahkan,
apapun sayang. Aku akan mencoba menjawabnya” jawabnya.
“sebenarnya
siapa yang sering kamu kunjungi?siapa temenmu yang lagi sakit itu?kok
kelihatannya kamu lebih mentingin dia daripada aku?” tanyaku bertubi-tubi dan ampuh
membuatnya terkaget-kaget. Mungkin waktunya tidak tepat untuk menanyakan hal
ini, namun aku sungguh-sungguh tak sabar untuk mendengar alasannya.
Candra
menundukkan kepalanya. Dia terlihat tak tenang.
“Aku tau mungkin
ini waktunya kamu mengetahui semuanya. Tolong jangan membenciku setelah
mengetahui semuanya” katanya dengan menatap mataku lekat sekali. Aku jadi takut
untuk mengetahui semuanya. Bisakah aku menarik kata-kataku? Dia berkata seperti
itu seolah-olah dia melakukan sebuah kesalahan yang besar terhadapku sehingga
jika aku telah mengetahui semuanya, aku pasti akan membencinya.
Candra
mengajakku ke sebuah rumah sakit dan masuk ke dalamnya. Kita menuju ke sebuah
ruangan pasien. Candra sedikit bergetar ketika mau membuka pintunya. Aku mencoba menenangkannya namun
tak berhasil.
“masuklah duluan, aku ada di belakangmu!” jawab Candra sambil
menggenggam tanganku erat sekali.
Akhirnya akupun
masuk dan mendekati ranjang. Aku kaget mengetahui siapa yang sedang tidur
disana. Aku tak dapat menahan air mataku yang keluar.
“Danny”
panggilku dengan suara bergetar.
Aku tak dapat
menyangka bahwa Danny, mantan yang dengan tega memutuskanku tergeletak tak
berdaya di ranjang rumah sakit.
“Maafkan aku
fik. Aku memang sengaja tak memberitahumu tentang ini karena Danny melarangku
menceritakannya ke kamu. Aku juga baru akhir-akhir ini tau kalau kamu adalah
mantannya dia” kata Candra sambil menundukkan kepalanya.
Aku mendekati
Danny dan menggenggam tangannya yang dipasang infus. Sungguh aku benar-benar
tak percaya dengan semuanya.
“Raf,kamu kok
disini?” tanya Danny yang ternyata tiba-tiba terbangun.
“Candra yang
membawaku kesini,kenapa kamu bisa seperti ini?” tanyaku sambil terisak.
“maafkan aku
Raf,maukah kamu memaafkanku?”tanyanya dengan suara parau.
“aku sudah
memaafkanmu kok Danny” jawabku sambil mencium keningnya.
©©©©©©©
Rafika tak
menyadari bahwa ada seseorang yang melihat mereka dengan pandangan cemburu.
Namun dia sadar, dia bukan apa-apa disini, dia malah memisahkan mereka berdua. Danny
meminta tolong padanya untuk menjaga Rafika, tapi dia malah jadi jatuh cinta
sama Fika dan merebut fika dari Danny, sahabatnya.
“Aku memang
sudah tak pantas berada disini” katanya dalam hati.
Ketika dia mau
pulang, tiba-tiba Danny memanggilnya.
“Candra, bisakah
kau mengantar Rafika pulang ke rumahnya?ini sudah malam” pinta Danny.
“Baiklah. Ayo
fika kita pulang” kata Candra sambil berusaha tersenyum. Sungguh sakit rasanya,
melihat Rafika lebih peduli sama Danny daripada aku.
“gamau,Dan. Aku
mau nungguin kamu disini sampai kamu sembuh” kata Rafika.
Oh,tuhan.
Ingatkah dia bahwa aku ini pacarnya dan Danny itu mantannya?taukah dia kalau
aku berdiri disini,bertahan untuk tetap disini dengan menahan sakit yang
teramat sangat?taukah dia bagaimana perasaanku sekarang ini?
“Fik, kamu
pulang aja, aku baik-baik saja kok” kata Danny sambil mengusap lembut kepala si
Fika.
Candra semakin sakit hati melihat kemesraan mereka
berdua. Apalagi Rafika tak menyadari bahwa dia adalah miliknya,dan Danny adalah
mantannya. Benar-benar perih rasanya. Candra berusaha untuk menahan air matanya
yang memaksa untuk keluar dan sudah menggenang di pelupuk matanya.
“sejak kapan aku jadi cengeng begini?”gumamnya.
“aku harus membuat keputusan! Aku tau fika lebih bahagia
bersamanya daripada bersamaku”
©©©©©©©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar