Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku
buru-buru ke kamar mandi untuk ganti baju dan pergi ke lapangan badminton di
samping lapangan basket sekolahku. Kelihatannya ada pertandingan basket dan
ketika aku mendekat, aku mengenal salah satu dari mereka. Ya, dia Candra cowok
yang sedang menggiring bola. Dengan
gerakan yang cepat dan lincah dia melewati lawan-lawannya dan melempar bola ke
arah ring basket lawan yang lumayan jauh. Dan masuk. Three point. Aku
terbengong-bengong melihatnya. Hebat sekali dia. Aku saja memasukkan satu bola
ke ring saja belum tentu masuk. Sejenak, aku melihat Candra melirik ke arahku
ketika dia beristirahat. Aku jadi salah tingkah sendiri dan memalingkan wajah.
Ternyata latihan badminton hari ini
dibatalkan karena pelatihnya tiba-tiba ada keperluan mendadak. Mumpung belum
pulang, aku melihat pertandingan basket lagi ditemani kak Ilham, si ketua
badminton. Jarang-jarang ada kesempatan seperti ini, aku pun tak fokus melihat
basket dan malah asyik bercanda dengan kak Ilham.
©©©©©©©
Rafika tak tau ada anak di seberang sana yang
sedang bertanding melihatnya dengan kesal. Sehingga yang seharusnya bola yang
dia pegang dia umpan ke temannya malah keluar batas dan mengenai kepala si
fika. Refleks dia lari untuk menolong si Rafika yang pingsan. Cowok yang tadi
ada di sebelahnya si fika ingin membawanya ke UKS namun Candra melarangnya. Dia
bilang biar dia saja yang membawanya karena dia harus bertanggung jawab, bola
yang dia lempar mengenai kepala si fika. Tanpa berfikir panjang, Candra
langsung menggendong Rafika yang sedang pingsan menuju UKS. Beberapa cewek yang
melihatnya terlihat kesal.
©©©©©©©
“fik, kamu udah sadar?” tanya seorang cowok
ketika aku bangun. Kepalaku sungguh pusing sekali. Aku berusaha membuka mataku.
Ternyata Candra.
“Aku dimana? Aku kenapa, kok tiba-tiba ada
di UKS dan kenapa kamu juga ada disini?” tanyaku bertubi-tubi karna aku memang
tak mengingat apapun.
“aku tadi tak sengaja melempar bola dan
mengenai kepalamu! Maafkan aku fik. Aku antar pulang,ya sudah sore” jawabnya
dengan raut wajah menyesal.
“iya, tak apa. Makasi kalo kamu mau
ngantarin aku pulang. Maaf merepotkanmu. Tapi jangan ngebut-ngebut yah” jawabku
sambil tersenyum.
Candra memalingkan wajahnya. “yasudah,sini
aku gendong! Kepalamu pasti masih pusing!” tawarnya.
“Tak usah,Ndra. Aku bisa jalan sendiri kok.”
Kataku sambil berusaha berdiri dan tiba-tiba pusingku kambuh. Aku langsung
terhuyung dan refleks degan cepat Candra menangkap tubuhku. Jarak wajahku ke
wajahnya benar-benar dekat waktu itu. Aku langsung memalingkan wajahku.
Begitupun dengan Candra.
“kan sudah kubilang tadi. Jangan keras
kepala” katanya langsung menggendongku sampai ke motornya dan mengantarku
pulang.
bagussss (((((:
BalasHapus