Malamnya, selesai
mengerjakan tugas aku berniat menyalakan
hapeku dan ber-sms ria dengan pacarku. Namun aku sama sekali tak menemukan
satupun sms darinya. Aku coba sms dia duluan. Nomornya aktif, tapi smsku tak
dibalas olehnya. Perasaanku mulai tak enak. Aku takut dia selingkuh. Beberapa
jam kemudian, aku mendapat balasan sms darinya dan isinya benar-benar membuatku
syok.
Maafkan aku rafika, kelihatannya aku sudah
tak sayang lagi padamu. Aku ingin kita putus. Aku telah menemukan seseorang
yang lebih dari kamu dan aku sadara aku cinta dia dan melupakanmu. Maaf aku
telah menduakanmu dan melukain hatimu, dan jangan hubungi aku. Bye
From: Danny
Aku benar-benar tak sanggup menahan air mataku yang
perlahan-lahan menetes semakin deras. Semudah itukah kamu memutuskanku?semudah
itu kau melepaskanku?semudah itu kau berpaling pada cewek lain?semudah itu kau
melupakan kenangan-kenangan kita bersama selama setahun? Hah,pusing kepalaku.
Aku tak habis fikir dia akan sejahat ini padaku. Aku lelah....aku capek......
©©©©©©©©
“Mbak, bangun!
Sudah jam berapa ini?”
Sepertinya aku
mengenal suara itu. Mama? Aku langsung buru-buru bangun dan melihat jam yang
sudah menunjukkan angka 06.30. aku buru-buru mandi dan menyiapkan buku-bukuku
serta baju untuk ekskul badminton nanti sepulang sekolah.
“Sepertinya aku
terlambat nih. Mana bemonya belum muncul lagi” umpatku dalam hati.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.45. kejadian
semalam benar-benar membuatku kacau. Tiba-tiba sebuah motor CBR berhenti tepat
di depanku. Anak cowok itu menggunakan seragam yang sama dengaku. Bisa dibilang
dia pasti satu sekolah denganku. Dia membuka helmnya dan betapa kagetnya aku,
ternyata dia Candra.
“Untuk apa dia kesini? Mau nyari kunci lagi?
Jangan-jangan sekarang ganti kunci rumahnya yang hilang! Huh dasar cowok
ceroboh” batinku.
“Hei kamu anak XI IPS 1!” panggilnya tak
mengenal sopan santun.
“gak sopan banget sih!mau cari gara-gara nih
anak! Gatau ini tempat umum ya?” umpatku dalam hati.
Karena dia tau aku tak menjawab, dia
langsung meletakkan helmnya dan menghampiriku. Aku pura-pura tak melihatnya dan
melihat ke arah lain. Tiba-tiba saja dia menarik lenganku sehingga membuatku
terkejut. Dia menyeretku ke motornya.
“eh, apa-apaan nih? Lepasin aku!” kataku
sambil berusaha melepaskan tanganku.
Dia menyadarinya dan melepaskan
cengkramannya di lenganku. Dia langsung naik ke motornya dan memakai kembali
helmnya. Aku tetap diam di tempat, tak tau apa maksudnya menarikku sampai
kesini.
“Hei, kau mau terlambat? Cepat naik,ini
sudah jam 7 kurang 10! Kau rak mau dihuku bu Endang kan” katanya sambil
menyalakan motornya.
Sekarang aku baru mengerti maksudnya. Kenapa
nggak bilang dari tadi coba? Aku kan gangerti maksudnya. Tanpa berfikir
panjang, aku langsung naik ke motornya.
“Pegangan yang erat! Aku ngebut” katanya dan
langsung tancap gas sehingga refleks aku memeluknya dengan sangat erat.
Sampai di sekolah, aku buru-buru melepaskan
peganganku dan turun. Tinggal 2 menit lagi bel masuk berbunyi. Apalagi jam pertama
bu Ina, si guru killer itu.
“Terimakasih sudah mengantarkanku! Maaf aku
buru-buru!” kataku langsung buru-buru pergi.
“Tunggu, siapa namamu?” tanyanya sedikit
berteriak.
Aku sedikit kaget dengan pertanyaannya.
Sambil jalan cepat, aku menjawab “Namaku Rafika” dengan suara sedikit keras dan
meninggalkannya yang sedang terbengong-bengong.entah kenapa aku senyum-senyum
sendiri dan sedikit melupakan kejadian semalam.
yg baru donggg :-) :-D :-P
BalasHapus