TERIMA KAU APA ADANYA
Malam minggu kali ini tak jauh berbeda
dengan yang kemarin. Seperti malam minggu yang biasa aku lewati, aku ber-chatting
dengan teman-temanku di jejaring sosial. Namun kali ini ada yang berbeda.
Seseorang bernama “XXX” mengirimiku pesan. Dilihat dari nama dan foto
profilnya,sepertinya cukup familier. Aku teringat bahwa dia adalah salah satu teman
SMPku, namun aku tak begitu mengenalnya. Namanya Mamat, kelasnya bersebelahan
dengan kelasku. Sekarang dia bersekolah di salah satu SMK swasta di Gresik. Anaknya
putih, tinggi, manis, dan postur tubuhnya oke sehingga terlihat makin keren.
Oh, iya aku lupa memperkenalkan namaku. Namaku adalah Rafika salah satu siswi
SMA Negri di Surabaya. Kami memulai
obrolan dengan berbasa-basi, dan tiba-tiba saja dia meminta nomor HPku. Awalnya
aku ragu untuk memberikan nomorku ke dia mengingat dia adalah murid ternakal di
SMPku, namun disisi lain aku ingin mengenal lebih jauh tentangnya. Akhirnya
kuberikan juga nomorku ke dia. Pada saat itu aku baru saja putus dari pacarku
dan dia juga dengar-dengar baru saja putus dengan pacarnya.
Berhari-hari dia rajin mengirimiku
sms, bukan hanya sekedar basa-basi, namun juga dia memberikan perhatian
kepadaku. Dan pada suatu hari, dia secara tidak langsung menembakku lewat sms.
Aku tak menganggapnya serius walaupun jujur kuakui aku suka padanya. Dia asik
dan menyenangkan, bahkan mampu membuatku merasa nyaman dan senyum-senyum
sendiri ketika membaca pesan darinya. Namun, tiba-tiba aku teringat dengan
gosip-gosip yang tak enak tentangnya. Mulai dari dia suka mempermainkan perempuan,
bahkan pernah tertangkap basah sedang bermesraan dengan seorang cewek temen
sekelasku ketika SMP. Mengingatnya membuatku sakit hati dan memutuskan untuk
menolaknya. Cukup lukaku yang kemarin, aku tak mau sakit hati lagi. Aku ingin
mempunyai seseorang yang mau menerimaku apa adanya dan menghargaiku sebagai
seorang perempuan. Aku tak bisa berfikir jernih saat itu juga dan memutuskan
untuk tidur, karena tidur adalah satu-satunya cara supaya pikiranku menjadi
lebih jernih.
Keesokan harinya, ketika aku
terbangun, aku langsung melihat handphoneku. Tak ada sms dari Mamat. Entah
kenapa tiba-tiba aku merasa takut kehilangannya. Ketika malam datang, Mamat
baru mengirimiku sms. Ternyata dia tetap berjuang mendapatkanku. Sampai berhari-hari
lamanya,aku berteman dengannya. Aku masih tak berani menerimanya masuk dalam
hidupku. Gosip-gosip itu masih membayangiku. Untuk memastikan kebenaran dari
gosip-gosip itu, aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, dan jawabannya
iya kalau dia mempermainkan hati perempuan tapi dulu. Entah kenapa perasaanku
sedikit lega mendengarnya, bahkan aku percaya begitu saja dengan ucapannya, namun
aku tetap tak memberikannya kesempatan untuk lebih dekat denganku.
Beberapa hari kemudian, sekolahku
berencana mengadakan pensi dan setiap anak wajib membayar 100 ribu. Padahal,
saat itu keadaan keuangan keluargaku benar-benar tidak bagus. Berbulan-bulan
papaku menganggur dan dalam proses mencari pekerjaan sehingga tidak ada
pemasukan. Sedangkan keperluan sangat banyak. Bahkan seringkali orang tuaku
meminjam uang tabunganku untuk membeli beras. Aku sedih melihat kondisi
keluargaku yang dulu masih mampu untuk sekedar membeli keperluan, sedangkan
sekarang membeli beras pun kami tak mampu. Tabunganku sedikit demi sedikit
mulai habis, sedangkan keperluan sekolahku memerlukan uang yang banyak. Akupun
mulai curhat dengan Mamat tanpa ada maksud lain. Dia dengan semangat
men-support aku bahkan dia ingin membantuku membayar uang pensi. Awalnya aku
tak mau, namun dia terus-terusan memaksaku menerima uangnya. “udah,kamu pake
aja uangku. Jangan pake tabunganmu. Tabunganmu kan buat nambah keperluan
keluargamu” begitu katanya. Aku tak pernah berfikir dia bakal sebaik ini
padaku. Akhirnya aku menerima uangnya dan bermaksud mengembalikan uangnya
ketika keadaan keluargaku mulai membaik walaupun dia bilang tak ingin aku
mengembalikan uangnya. Betapa baiknya dia, membuatku semakin tak bisa
menolaknya lagi.
Beberapa hari setelah kejadian itu,
aku menerimanya menjadi kekasihku. Cobaan demi cobaan mulai berdatangan. Mulai
dari status facebooknya dia yang mengatakan “AKU CINTA XXX” benar-benar
membuatku sakit hati. Aku menangis seharian pada saat itu. Aku ingat betul,
dulu Mamat memang pernah dekat dengan Nurul. Dia terus-menerus mengirimiku
pesan, tetapi tak ada satupun pesannya yang aku balas. Aku sudah terlanjur
sakit hati. Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai memaafkannya. Entah kenapa
aku begitu mudah percaya dengan kata-katanya. Aku percaya saja ketika dia
mengatakan facebooknya dibobol dan dia hanya mencintaiku. Ya,semoga saja dia
sedang tidak membohongiku.
Hari-hari mulai berlalu, tak terasa
aku sudah 2 bulan berpacaran dengannya. Suatu hari, kelasku sedang menerima
pelajaran tentang kenakalan remaja. Tiba-tiba aku jadi kepikian sama Mamat.
Hari itu, aku tak membawa motor sehingga Mamat yang mengantarku pulang. Jujur,
aku tak suka dengan cowok perokok. Sungguh aku sangan benci dengan cowok yang
suka merokok, minum-minum, tawuran, balapan liar, dan suka membuat masalah.
Biasanya, siapapun cowok yang sedang berusaha mendekatiku kutanya dahulu apa
dia merokok,minum-minum, dsb. Namun tidak pada Mamat. Sekalipun aku tak pernah
menanyakannya. Padahal dia dulu anak yang terkenal akan kenakalannya. Berbeda
jauh dengan Mamat yang sekarang. Pada saat itu juga, aku berusaha memberanikan diri untuk bertanya. Dan aku tak
menyangka dia akan sejujur itu mengatakannya padaku. Dia dulu sering merokok
dan minum-minum tapi sekarang sudah tidak lagi. Tawuran, balapan liar masih dia
lakukan namun sudah tak sesering dulu. Sungguh aku bingung dengan perasaanku.
Aku memang membenci cowok perokok,dan sejenisnya. Namun seketika rasa itu
hilang saat aku mengetahui bahwa kekasihku sendiri dulu sering melakukannya.
Aku tak tau harus senang atau sedih mendengarnya. Aku mulai berfikir lagi.
Untuk apa aku memikirkan hal seperti itu toh itu kan dulu,yang penting sekarang
enggak. Apalagi dia juga sudah berani berkata jujur padaku. Entah kenapa aku
jadi semakin menyayanginya. Teman-temanku dari SMP kaget ketika mengetahui aku
berpacaran dengan Mamat, karena dulu ketika SMP aku tak pernah sekalipun dekat
dengan Mamat. Sepengetahuanku. Apalagi Mamat mempunyai reputasi yang buruk dulu
ketika SMP. “Fika, aku takut kamu entar diapa-apain sama dia”. “Kamu lebih
pantes dapet cowok yang sifatnya lebih baik dari dia Raf”. ”Kamu kan dulu gak
deket sama dia,kok bisa pacaran? Hati-hati fik”. Sekiraya begitu kata
teman-temanku. Dengan santai aku menjawab “dia sekarang sudah berubah kok,beda
jauh sama sifatnya yang dulu dan ternyata dia sudah memperhatikanku dari dulu, Cuma
dia gak berani deketin aku karena teman sekelasnya juga menyukaiku. Dia takut
melukai perasaan temannya”. Dan memang itulah kenyataannya. Semakin banyak aku
mengetahui keburukannya, semakin aku mencintainya. Jujur, aku tak pernah merasa
sesuka ini pada seorang laki-laki. Entah kenapa. Dia sudah banyak berkorban
untukku, bahkan sampai detik ini. Aku menerimamu apa adanya. Seperti itu pula
kamu menerimaku selama ini. J
a©©©©©©©g
Tidak ada komentar:
Posting Komentar