welcome to Rafika's world :). semua yang ada disini asli berasal dari akal fikiran saya :P #alay. semoga dapat menghibur ^^

Rabu, 22 Mei 2013

terima apa adanya


TERIMA KAU APA ADANYA
          Malam minggu kali ini tak jauh berbeda dengan yang kemarin. Seperti malam minggu yang biasa aku lewati, aku ber-chatting dengan teman-temanku di jejaring sosial. Namun kali ini ada yang berbeda. Seseorang bernama “XXX” mengirimiku pesan. Dilihat dari nama dan foto profilnya,sepertinya cukup familier. Aku teringat bahwa dia adalah salah satu teman SMPku, namun aku tak begitu mengenalnya. Namanya Mamat, kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Sekarang dia bersekolah di salah satu SMK swasta di Gresik. Anaknya putih, tinggi, manis, dan postur tubuhnya oke sehingga terlihat makin keren. Oh, iya aku lupa memperkenalkan namaku. Namaku adalah Rafika salah satu siswi SMA Negri di Surabaya.  Kami memulai obrolan dengan berbasa-basi, dan tiba-tiba saja dia meminta nomor HPku. Awalnya aku ragu untuk memberikan nomorku ke dia mengingat dia adalah murid ternakal di SMPku, namun disisi lain aku ingin mengenal lebih jauh tentangnya. Akhirnya kuberikan juga nomorku ke dia. Pada saat itu aku baru saja putus dari pacarku dan dia juga dengar-dengar baru saja putus dengan pacarnya.
          Berhari-hari dia rajin mengirimiku sms, bukan hanya sekedar basa-basi, namun juga dia memberikan perhatian kepadaku. Dan pada suatu hari, dia secara tidak langsung menembakku lewat sms. Aku tak menganggapnya serius walaupun jujur kuakui aku suka padanya. Dia asik dan menyenangkan, bahkan mampu membuatku merasa nyaman dan senyum-senyum sendiri ketika membaca pesan darinya. Namun, tiba-tiba aku teringat dengan gosip-gosip yang tak enak tentangnya. Mulai dari dia suka mempermainkan perempuan, bahkan pernah tertangkap basah sedang bermesraan dengan seorang cewek temen sekelasku ketika SMP. Mengingatnya membuatku sakit hati dan memutuskan untuk menolaknya. Cukup lukaku yang kemarin, aku tak mau sakit hati lagi. Aku ingin mempunyai seseorang yang mau menerimaku apa adanya dan menghargaiku sebagai seorang perempuan. Aku tak bisa berfikir jernih saat itu juga dan memutuskan untuk tidur, karena tidur adalah satu-satunya cara supaya pikiranku menjadi lebih jernih.
          Keesokan harinya, ketika aku terbangun, aku langsung melihat handphoneku. Tak ada sms dari Mamat. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa takut kehilangannya. Ketika malam datang, Mamat baru mengirimiku sms. Ternyata dia tetap berjuang mendapatkanku. Sampai berhari-hari lamanya,aku berteman dengannya. Aku masih tak berani menerimanya masuk dalam hidupku. Gosip-gosip itu masih membayangiku. Untuk memastikan kebenaran dari gosip-gosip itu, aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, dan jawabannya iya kalau dia mempermainkan hati perempuan tapi dulu. Entah kenapa perasaanku sedikit lega mendengarnya, bahkan aku percaya begitu saja dengan ucapannya, namun aku tetap tak memberikannya kesempatan untuk lebih dekat denganku.
          Beberapa hari kemudian, sekolahku berencana mengadakan pensi dan setiap anak wajib membayar 100 ribu. Padahal, saat itu keadaan keuangan keluargaku benar-benar tidak bagus. Berbulan-bulan papaku menganggur dan dalam proses mencari pekerjaan sehingga tidak ada pemasukan. Sedangkan keperluan sangat banyak. Bahkan seringkali orang tuaku meminjam uang tabunganku untuk membeli beras. Aku sedih melihat kondisi keluargaku yang dulu masih mampu untuk sekedar membeli keperluan, sedangkan sekarang membeli beras pun kami tak mampu. Tabunganku sedikit demi sedikit mulai habis, sedangkan keperluan sekolahku memerlukan uang yang banyak. Akupun mulai curhat dengan Mamat tanpa ada maksud lain. Dia dengan semangat men-support aku bahkan dia ingin membantuku membayar uang pensi. Awalnya aku tak mau, namun dia terus-terusan memaksaku menerima uangnya. “udah,kamu pake aja uangku. Jangan pake tabunganmu. Tabunganmu kan buat nambah keperluan keluargamu” begitu katanya. Aku tak pernah berfikir dia bakal sebaik ini padaku. Akhirnya aku menerima uangnya dan bermaksud mengembalikan uangnya ketika keadaan keluargaku mulai membaik walaupun dia bilang tak ingin aku mengembalikan uangnya. Betapa baiknya dia, membuatku semakin tak bisa menolaknya lagi.
          Beberapa hari setelah kejadian itu, aku menerimanya menjadi kekasihku. Cobaan demi cobaan mulai berdatangan. Mulai dari status facebooknya dia yang mengatakan “AKU CINTA XXX” benar-benar membuatku sakit hati. Aku menangis seharian pada saat itu. Aku ingat betul, dulu Mamat memang pernah dekat dengan Nurul. Dia terus-menerus mengirimiku pesan, tetapi tak ada satupun pesannya yang aku balas. Aku sudah terlanjur sakit hati. Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai memaafkannya. Entah kenapa aku begitu mudah percaya dengan kata-katanya. Aku percaya saja ketika dia mengatakan facebooknya dibobol dan dia hanya mencintaiku. Ya,semoga saja dia sedang tidak membohongiku.
          Hari-hari mulai berlalu, tak terasa aku sudah 2 bulan berpacaran dengannya. Suatu hari, kelasku sedang menerima pelajaran tentang kenakalan remaja. Tiba-tiba aku jadi kepikian sama Mamat. Hari itu, aku tak membawa motor sehingga Mamat yang mengantarku pulang. Jujur, aku tak suka dengan cowok perokok. Sungguh aku sangan benci dengan cowok yang suka merokok, minum-minum, tawuran, balapan liar, dan suka membuat masalah. Biasanya, siapapun cowok yang sedang berusaha mendekatiku kutanya dahulu apa dia merokok,minum-minum, dsb. Namun tidak pada Mamat. Sekalipun aku tak pernah menanyakannya. Padahal dia dulu anak yang terkenal akan kenakalannya. Berbeda jauh dengan Mamat yang sekarang. Pada saat itu juga, aku berusaha  memberanikan diri untuk bertanya. Dan aku tak menyangka dia akan sejujur itu mengatakannya padaku. Dia dulu sering merokok dan minum-minum tapi sekarang sudah tidak lagi. Tawuran, balapan liar masih dia lakukan namun sudah tak sesering dulu. Sungguh aku bingung dengan perasaanku. Aku memang membenci cowok perokok,dan sejenisnya. Namun seketika rasa itu hilang saat aku mengetahui bahwa kekasihku sendiri dulu sering melakukannya. Aku tak tau harus senang atau sedih mendengarnya. Aku mulai berfikir lagi. Untuk apa aku memikirkan hal seperti itu toh itu kan dulu,yang penting sekarang enggak. Apalagi dia juga sudah berani berkata jujur padaku. Entah kenapa aku jadi semakin menyayanginya. Teman-temanku dari SMP kaget ketika mengetahui aku berpacaran dengan Mamat, karena dulu ketika SMP aku tak pernah sekalipun dekat dengan Mamat. Sepengetahuanku. Apalagi Mamat mempunyai reputasi yang buruk dulu ketika SMP. “Fika, aku takut kamu entar diapa-apain sama dia”. “Kamu lebih pantes dapet cowok yang sifatnya lebih baik dari dia Raf”. ”Kamu kan dulu gak deket sama dia,kok bisa pacaran? Hati-hati fik”. Sekiraya begitu kata teman-temanku. Dengan santai aku menjawab “dia sekarang sudah berubah kok,beda jauh sama sifatnya yang dulu dan ternyata dia sudah memperhatikanku dari dulu, Cuma dia gak berani deketin aku karena teman sekelasnya juga menyukaiku. Dia takut melukai perasaan temannya”. Dan memang itulah kenyataannya. Semakin banyak aku mengetahui keburukannya, semakin aku mencintainya. Jujur, aku tak pernah merasa sesuka ini pada seorang laki-laki. Entah kenapa. Dia sudah banyak berkorban untukku, bahkan sampai detik ini. Aku menerimamu apa adanya. Seperti itu pula kamu menerimaku selama ini. J
a©©©©©©©g

Tidak ada komentar:

Posting Komentar