welcome to Rafika's world :). semua yang ada disini asli berasal dari akal fikiran saya :P #alay. semoga dapat menghibur ^^

Minggu, 29 November 2015

MENGENALMU (EPS. 11)


Pagi ini aku bangun sedikit telat dari biasanya. Aku memutuskan untuk tidak sarapan dan dandan seadanya. Aku juga lupa mengerjakan pr matematikaku, tapi sudahlah mau gimana lagi. Aku buru-buru pamit dan keluar dari rumah. Ku langkahkan kakiku sedikit cepat dari biasanya. Aku lupa bahwa Candra sudah tak mungkin mengantarkanku ke sekolah lag, hubungan kita kan sudah berakhir. Seharusnya aku bangun lebih cepat dari biasanya supaya tidak terlambat masuk sekolah.
Jarum jam sudah menunjukkan jam 06.45 namun tak satupun angkutan umum yang satu jurusan dengan sekolahku lewat di depanku. Capek menunggu, aku memutuskan untuk kembali saja ke rumah, toh pada akhirnya juga kalau aku dapat bemo sampek sekolah lebih dari jam 07.00. namun ketika aku kembali ke rumah, mama dan papa benar-benar tak membiarkanku bolos sekolah. Katanya lebih baik telat daripada bolos. Akhirnya aku diantar papaku.
“diantar papa sama nggak itu sama aja deh perasaan, toh nyatanya telat juga. Paling untungnya ya ngirit uang ongkos angkot sama gak kepanasan di jalan” batinku dalam hati.
Hari ini aku mendapat dua hukuman sekaligus. Yang pertama berdiri di pinggir lapangan sampai jam pulang, dikasih kelonggaran istirahat setengah jam sih. Sebenernya aku cuman dapet hukuman sampek jam istirahat, cuman aku lupa ngerjain peer jadi dobel deh hukumanku. Ternyata berdiri di pinggir lapangan gak semudah yang aku bayangin. Emang sih di “pinggir” lapangan, tapi pinggir yang mana dulu. Pinggir lapangan kan banyak tuh, ada yang ada pohonnya sama enggak. Dan teganya guruku menempatkanku di pinggir lapangan yang gak ada pohonnya. Jadi uda kebayang kan panasnya kayak gimana. Udah panas, capek, pegel,haus, laper, campur-campurlah gak enaknya. Aku lupa bawa uang jajan lagi, jadi makin panjang daftar kesialanku hari ini. Jadinya jam istirahat yang diberikan guruku kupakai untuk duduk-duduk saja di pinggir lapangan.
Aku melihat ke arah anak yang sedang bermain basket.
“bukannya itu Candra?” tanyaku dalam hati. Dari jauh aku melihat Candra bermain basket dengan teman-temannya. Berkali-kali dia berusaha memasukkan bola ke ring dan berkali-kali pula usaha yang dilakukannya gagal. Salah seorang lawannya yang berasal dari kelas lain mendekatinya dengan gaya-gaya mengejek, karna aku tahu sendiri Candra biasanya tak seperti ini. Sementara anak itu sudah memberikan angka buat timnya.
"aneh, ini bukan chandra banget. apa harus aku semangatin dia?" batinku dalam hati.ahkhirnya aku memutuskan untuk menyemangati dia. sudah capek- capek berteriak, dilirik aja nggak. tenagaku semakin terkuras kepalaku semakin pusing saja.
((((((((((((
hari ini aku melihat Fika sedang duduk di pinggir lapangan basket. tidak seperti biasanya, dia lebih senang dikelas drpd di luarkelas. apalagi setelah aku putus dengannya. bicara tentang putus, sungguh aku tersiksa tanpa Fika. aku stres, kepalaku tidak bisa berpikir jernih. aku hanya biasa memikirkan Fika, Fika, dan Fika.
hari ini pun bermain basket yang sudah menjadi bagian dari hidupku, aku tak bisa melakukannya dengan baik. bahkan orang yg kulawan hari ini adalah musuh terberatku, walaupun aku selalu menang. namun kali ini aku harus menerima kekalahan telak. 20-5 , jauh dari yang aku bayangkan. emosiku sangat tidak stabil hari ini. Fika berusaha menyemangatiku, namun aku tidak berani menatapnya. aku harus kuat, aku tidak boleh terlihat lemah, itu hanya akan membuatnya semakin merasa bersalah. dia lebih pantas bersama danny daripada sama aku.
"ndra, apa yg terjadi sm hubungan kalian? lagi ngambekan nih ceritanya? tumben km sm nina nggak sapa-sapaan. bahkan kalian sudah nggak pernah keliatan jalan bareng. lihat tuh kasihan nina panas-panas gini teriak-teriak nyemangatin kamu, eh kamu liat aja nggak" tegur indra, seketika membuyarkan lamunanku.  tiba-tuba ada bola yang melayang ke arahku. seketika aku menghindar. bola itu menuju ke arah Fika. untung saja tidak mengenainya. hanya saja bola itu berada tepat di sebelahnya. dia sedikit kaget sehingga jatuh terduduk di lapangan.
"ndra, ambil bolanya dong. kan kamu yg paling deket" seru adit. aku terpaksa jalan ke arah Fika, tanpa meliriknya sama sekali. aku tau dia melihatku.
"kamu harus bertahan candra, ini demi kebahagiaan Fika" batinku. aku terus saja berjalan melewatinya. tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya ketika kami berpapasan. aku mendengar dia menyapaku, namun tak kuhiraukan.
"Fika, kamu nggak kenapa-kenapa kan? kamu baik-baik aja?" tiba-tiba aku mendengar suara musuh terberatku, roy. saat itu juga aku menoleh. Roy sedang membantunya berdiri, sambil memegang tangannya. MEMEGANG TANGANNYA. aku hanya bisa mengepalkan tanganku menahan emosi.
"dia tidak boleh menyentuh Fika.ku" batinku, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
"iya aku gpp kok cuman kaget aja" jawab Fika sambil melirik ke arahku. aku langsung memalingkan wajah melihat ke sudut lapangan.
"kamu kelihatan nggak sehat gitu fik, apa perlu aku antar ke UKS?" tanya Roy sambil menempelkan telapak tangannya di jidat Fika.
"nin, badanmu panas banget. ayo ke uks, aku antar" kata roy.
"kurangajar banget nih cowok!" batinku. aku tau ini kesempatan emas buat dia deketin Fika. aku tau dia sudah lama mengincar Fika, bahkan sebelum aku mengenal Fika.
"nggak usah roy, aku gpp kok. ini panas soalnya aku kan daritadi berjemur di bawah matahari. hehehe" jawab Fika sambil melepaskan tangan roy dari jidatnya.
"hei,roy!" panggilku sambil melempat bola ke arahnya. secara refleks dia menangkap bola yag kuumpankan.
"pertandingan masih belum selesai" kataku.
"ya tapi santai aja keles. gausa tmain lempar bola sembarangan! nin, kalo kamu butuh diantar ke uks atau butuh apa-apa panggil aku aja yah" kata roy dengan nada yg sangat berbeda ketika dia berbicara denganku tadi.
roy dan aku mulai memasuki lapangan kembali sebelum langkah kita terhenti karna aku mendengar ada suara jatuh. refleks aku menoleh, aku melihat Nina sudah terkapar di tanah. aku masih bengong, sementara roy mulai berlari ke arahnya, namun aku cegah.
"roy lebih baik kamu cepet cariin minuman hangat sama bubur dan air putih. fika biar aku saja yg urus. cepet!" perintahku. aku langsung buru-buru membopong Fika ke UKS. seketika aku melupakan aikapku sebelum ini terjadi. sungguh-sungguh berbeda.
sesampainya di UKS aku membaringkannya di kasur dan menyalakan AC. anggota UKS yang sewaktu itu bertugas menjaga UKS, untungnya perempuan segera membuka kancing atas seragamnya dan melonggarkan dasinya. dia juga mencopot sabuknya supaya perutnya tidak tertekan. aku segera membantu mencarikan kotak p3k dan mengambil minyak kayu putih. minyak itu kemudian dioleskan di sekitar kepala, belakang telinga, dan leher serta membaukan nya tepat di hidung Fika.
"dasar cewek ceroboh, sok kuat pula" batinku kesal, sambil membelai rambutnya dan tersenyum-tersenyum sendiri. teringat kejadian yang sudah banyak kulalui bersamanya.
"maafin aku Fik, kalau aku sudah bikin kamu sakit, aku percaya ini baik buat kamu, walaupun aku harus ngerasain sakit larna aku gk sanggup kehilangan kamu. i love you" bisikku di telinganya sambil mengecup jidatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar