Pagi ini aku bangun sedikit telat dari
biasanya. Aku memutuskan untuk tidak sarapan dan dandan seadanya. Aku juga lupa
mengerjakan pr matematikaku, tapi sudahlah mau gimana lagi. Aku buru-buru pamit
dan keluar dari rumah. Ku langkahkan kakiku sedikit cepat dari biasanya. Aku
lupa bahwa Candra sudah tak mungkin mengantarkanku ke sekolah lag, hubungan
kita kan sudah berakhir. Seharusnya aku bangun lebih cepat dari biasanya supaya
tidak terlambat masuk sekolah.
Jarum jam sudah menunjukkan jam 06.45 namun
tak satupun angkutan umum yang satu jurusan dengan sekolahku lewat di depanku.
Capek menunggu, aku memutuskan untuk kembali saja ke rumah, toh pada akhirnya
juga kalau aku dapat bemo sampek sekolah lebih dari jam 07.00. namun ketika aku
kembali ke rumah, mama dan papa benar-benar tak membiarkanku bolos sekolah.
Katanya lebih baik telat daripada bolos. Akhirnya aku diantar papaku.
“diantar papa sama nggak itu sama aja deh perasaan,
toh nyatanya telat juga. Paling untungnya ya ngirit uang ongkos angkot sama gak
kepanasan di jalan” batinku dalam hati.
Hari ini aku mendapat dua hukuman sekaligus.
Yang pertama berdiri di pinggir lapangan sampai jam pulang, dikasih kelonggaran
istirahat setengah jam sih. Sebenernya aku cuman dapet hukuman sampek jam
istirahat, cuman aku lupa ngerjain peer jadi dobel deh hukumanku. Ternyata
berdiri di pinggir lapangan gak semudah yang aku bayangin. Emang sih di
“pinggir” lapangan, tapi pinggir yang mana dulu. Pinggir lapangan kan banyak
tuh, ada yang ada pohonnya sama enggak. Dan teganya guruku menempatkanku di
pinggir lapangan yang gak ada pohonnya. Jadi uda kebayang kan panasnya kayak
gimana. Udah panas, capek, pegel,haus, laper, campur-campurlah gak enaknya. Aku
lupa bawa uang jajan lagi, jadi makin panjang daftar kesialanku hari ini.
Jadinya jam istirahat yang diberikan guruku kupakai untuk duduk-duduk saja di
pinggir lapangan.
Aku melihat ke arah anak yang sedang bermain
basket.
“bukannya itu Candra?” tanyaku dalam hati.
Dari jauh aku melihat Candra bermain basket dengan teman-temannya. Berkali-kali
dia berusaha memasukkan bola ke ring dan berkali-kali pula usaha yang
dilakukannya gagal. Salah seorang lawannya yang berasal dari kelas lain mendekatinya
dengan gaya-gaya mengejek, karna aku tahu sendiri Candra biasanya tak seperti
ini. Sementara anak itu sudah memberikan angka buat timnya.
"aneh, ini bukan chandra banget. apa
harus aku semangatin dia?" batinku dalam hati.ahkhirnya aku memutuskan untuk
menyemangati dia. sudah capek- capek berteriak, dilirik aja nggak. tenagaku
semakin terkuras kepalaku semakin pusing saja.
((((((((((((
hari ini aku melihat Fika sedang duduk di
pinggir lapangan basket. tidak seperti biasanya, dia lebih senang dikelas drpd
di luarkelas. apalagi setelah aku putus dengannya. bicara tentang putus,
sungguh aku tersiksa tanpa Fika. aku stres, kepalaku tidak bisa berpikir
jernih. aku hanya biasa memikirkan Fika, Fika, dan Fika.
hari ini pun bermain basket yang sudah
menjadi bagian dari hidupku, aku tak bisa melakukannya dengan baik. bahkan
orang yg kulawan hari ini adalah musuh terberatku, walaupun aku selalu menang.
namun kali ini aku harus menerima kekalahan telak. 20-5 , jauh dari yang aku
bayangkan. emosiku sangat tidak stabil hari ini. Fika berusaha menyemangatiku,
namun aku tidak berani menatapnya. aku harus kuat, aku tidak boleh terlihat
lemah, itu hanya akan membuatnya semakin merasa bersalah. dia lebih pantas
bersama danny daripada sama aku.
"ndra, apa yg terjadi sm hubungan
kalian? lagi ngambekan nih ceritanya? tumben km sm nina nggak sapa-sapaan.
bahkan kalian sudah nggak pernah keliatan jalan bareng. lihat tuh kasihan nina
panas-panas gini teriak-teriak nyemangatin kamu, eh kamu liat aja nggak"
tegur indra, seketika membuyarkan lamunanku.
tiba-tuba ada bola yang melayang ke arahku. seketika aku menghindar.
bola itu menuju ke arah Fika. untung saja tidak mengenainya. hanya saja bola
itu berada tepat di sebelahnya. dia sedikit kaget sehingga jatuh terduduk di
lapangan.
"ndra, ambil bolanya dong. kan kamu yg
paling deket" seru adit. aku terpaksa jalan ke arah Fika, tanpa meliriknya
sama sekali. aku tau dia melihatku.
"kamu harus bertahan candra, ini demi
kebahagiaan Fika" batinku. aku terus saja berjalan melewatinya. tanpa
menoleh sedikitpun ke arahnya ketika kami berpapasan. aku mendengar dia
menyapaku, namun tak kuhiraukan.
"Fika, kamu nggak kenapa-kenapa kan?
kamu baik-baik aja?" tiba-tiba aku mendengar suara musuh terberatku, roy.
saat itu juga aku menoleh. Roy sedang membantunya berdiri, sambil memegang
tangannya. MEMEGANG TANGANNYA. aku hanya bisa mengepalkan tanganku menahan
emosi.
"dia tidak boleh menyentuh Fika.ku" batinku, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
"iya aku gpp kok cuman kaget aja"
jawab Fika sambil melirik ke arahku. aku langsung memalingkan wajah melihat ke
sudut lapangan.
"kamu kelihatan nggak sehat gitu fik,
apa perlu aku antar ke UKS?" tanya Roy sambil menempelkan telapak
tangannya di jidat Fika.
"nin, badanmu panas banget. ayo ke uks,
aku antar" kata roy.
"kurangajar banget nih cowok!"
batinku. aku tau ini kesempatan emas buat dia deketin Fika. aku tau dia sudah
lama mengincar Fika, bahkan sebelum aku mengenal Fika.
"nggak usah roy, aku gpp kok. ini panas
soalnya aku kan daritadi berjemur di bawah matahari. hehehe" jawab Fika
sambil melepaskan tangan roy dari jidatnya.
"hei,roy!" panggilku sambil
melempat bola ke arahnya. secara refleks dia menangkap bola yag kuumpankan.
"pertandingan masih belum selesai"
kataku.
"ya tapi santai aja keles. gausa tmain
lempar bola sembarangan! nin, kalo kamu butuh diantar ke uks atau butuh apa-apa
panggil aku aja yah" kata roy dengan nada yg sangat berbeda ketika dia
berbicara denganku tadi.
roy dan aku mulai memasuki lapangan kembali
sebelum langkah kita terhenti karna aku mendengar ada suara jatuh. refleks aku
menoleh, aku melihat Nina sudah terkapar di tanah. aku masih bengong, sementara
roy mulai berlari ke arahnya, namun aku cegah.
"roy lebih baik kamu cepet cariin
minuman hangat sama bubur dan air putih. fika biar aku saja yg urus.
cepet!" perintahku. aku langsung buru-buru membopong Fika ke UKS. seketika
aku melupakan aikapku sebelum ini terjadi. sungguh-sungguh berbeda.
sesampainya di UKS aku membaringkannya di
kasur dan menyalakan AC. anggota UKS yang sewaktu itu bertugas menjaga UKS, untungnya perempuan segera membuka kancing atas seragamnya dan melonggarkan
dasinya. dia juga mencopot sabuknya supaya perutnya tidak tertekan. aku segera
membantu mencarikan kotak p3k dan mengambil minyak kayu putih. minyak itu kemudian dioleskan di sekitar kepala, belakang telinga, dan leher serta membaukan nya tepat
di hidung Fika.
"dasar cewek ceroboh, sok kuat
pula" batinku kesal, sambil membelai rambutnya dan tersenyum-tersenyum
sendiri. teringat kejadian yang sudah banyak kulalui bersamanya.
"maafin aku Fik, kalau aku sudah bikin
kamu sakit, aku percaya ini baik buat kamu, walaupun aku harus ngerasain sakit
larna aku gk sanggup kehilangan kamu. i love you" bisikku di telinganya
sambil mengecup jidatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar